KETIKA MENDUAKAN ALLAH ATAS NAMA "CINTA"

Sore itu saya ditanya oleh seorang adik angkatan kuliah, konon dulunya dia pernah menjalani pacaran dan sekarang dia sudah benar-benar meninggalkan masa lalunya. "Mas, apa orang pacaran itu ndak dihukumi syirik atau kafir?", sungguh saya benar-benar tercengang mendengar pertanyaannya, saya sempat berpikir kalau pertanyaan itu adalah sekedar guyonan darinya. Bagaimana tidak kaget, sejauh ini belum ada pendapat siapapun yang saya dengar mengungkapkan hal tersebut.

Maka saya pun memastikan kembali pertanyaannya dan diapun kini memberikan penjelasan terkait pertanyaannya tersebut. "Gini mas, aku kan pernah pacaran, orang pacaran itu yang diinget cuma pacarnya, yang  ada di hati orang pacaran itu cuma pacarnya, orang pacaran itu sibuk memenuhi keinginan pacarnya, pokoknya semua tentang pacarnya. Nah, kalo kayak gitu, Allah udah tersingkir dari hatinya, gak ada lagi Allah di hati orang yang pacaran. Apa kayak gitu itu gak dianggap menduakan Allah bahkan meniadakan Allah dalam hatinya? apa gitu itu gak syirik atau kafir?" tanyanya dengan sungguh. Deg, saya pun kembali kaget dengan pernyataannya, sedemikian sering saya "mengkampanyekan" kepada teman-teman kampus untuk tidak berpacaran, belum pernah saya berpikir sampai sejauh itu. Kali ini pelajaran dan ungkapan tegas saya peroleh dari seorang adik angkatan yang lugu dengan pertanyannya.

Saya tak ingin melanjutkan perbincangan sore itu dalam tulisan ini, tetapi ada sebuah pelajaran yang layak untuk kita perhatikan dari pertanyaan adik angkatan saya tersebut. Seringkali dalam kehidupan ini kita menjadikan hal-hal yang kita cintai sebagai berhala, entah kekasih bagi mereka yang sedang kasmaran hingga lupalah menyebut Allah karena nama kekasih lah yang lebih diingat, karier bagi mereka yang sedang mengejar prestasi kerja hingga tertinggalah ibadah-ibadah sunnah karena capaian kerja yang lebih diburu, nilai bagi mereka yang sedang menjalani studi hingga terkadang hilanglah nilai-nilai kejujuran, harta bagi mereka yang tergila-gila dengannya hingga tiada lagi zakat dan sedekah dalam priorotas nafkah mereka, dan hal-hal lainnya.

Berhala-berhala itu saat ini memang tidak lagi berbentuk seperti latta dan uzza yang disembah oleh kaum kafir quraisy pada masa jahiliyyah, berhala-berhala itu kini berupa hal-hal yang nampak indah dalam hidup kita, ya seperti kekasih, karier, nilai bagus, harta, dsb yang itu semua mendominasi dalam kehidupan sebagian dari kita hingga hilanglah nilai-nilai ketuhanan "ALLAH" yang seharusnya dan tergantikan dengan TUHAN-TUHAN TANDINGAN itu. Jika demikian, bisa jadi selama ini kita memang telah menyekutukan Allah tanpa sadar, hati kita lebih cenderung kepada berhala-berhala tersebut dan tergeserlah kedudukan Allah dalam hati kita bahkan mungkin Dia telah tiada lagi dalam hati di sebagian kita... Astaghfirullah...

Allah menuturkan hal tersebut dalam firman-Nya yang mulia:
 
ÙˆَÙ…ِÙ†َ النَّاسِ Ù…َÙ†ْ ÙŠَتَّØ®ِØ°ُ Ù…ِÙ†ْ دُونِ اللَّÙ‡ِ Ø£َÙ†ْدَادًا ÙŠُØ­ِبُّونَÙ‡ُÙ…ْ ÙƒَØ­ُبِّ اللَّÙ‡ِ ۖ ÙˆَالَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ø£َØ´َدُّ Ø­ُبًّا Ù„ِÙ„َّÙ‡

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah..." (QS. Al-Baqoroh:165)

Saatnya kita mencintai Allah sepenuh hati, menjadikan Dia sebagai prioritas utama dalam kehidupan, menjadikan Dia sebagai dasar kita dalam mencintai apapun dan siapapun agar tak lagi kita menjadi penyembah TUHAN-TUHAN TANDINGAN...


Asyhadu an laa Ilaaha illallah, wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah...